Keadilan Yang Tidak Merata

Hari ini banyak media membicarakan kepulangan Novel Baswedan. Salah satu penyidik KPK itu pulang dari masa perawatan luka mata yang ia jalani di salah satu rumah sakit di Singapura.  Luka tersebut didapatkan akibat penyiraman air keras yang ia alami 10 bulan yang lalu. 
Pulangnya Novel tersebut bak pahlawan yang disambut banyak kalangan,  termasuk dari internal KPK yang akan menyiapkan sambutan khusus.
Apa yang menimpa Novel memang tindakan biadab dan sebuah bentuk teror terhadap penegakan  hukum khususnya pemberantasan korupsi di tanah air.

Ya,  Novel memang menjadi simbol perlawanan terhadap korupsi setelah apa yang menimpa pada dirinya terjadi bertepatan dengan kasus yang ia tangani yakni mega proyek e KTP yang merugikan Negara triliunan rupiah. Tapi di sisi lainnya Novel adalah ancaman bagi para koruptor e KTP yang saat ini sedang ditangani KPK. 
Polri sebagai lembaga yang berwenang mengusut tuntas kasus ini belum menunjukkan hasil memuaskan. 10 bulan lamanya Polri bekerja, Polri baru bisa menyebar sketsa wajah yang diduga pelaku penyiraman air keras. Hal yang sangat berbeda jika kita membandingkan dengan kasus-kasus lainnya.

Ada apa dengan kepolisian?. 

Sebuah pertanyaan yang terlintas sesaat dalam pikiran saya. Saya membayangkan betapa hebat nya Polri mengusut tuntas segala macam kejahatan. Salah satu yang bisa saya sebutkan adalah kejahatan terorisme. Polri melalui densus 88  bentukannya begitu perkasa mengungkap banyak kasus hingga sampai akar-akar nya. Bahkan beberapa kasus tersebut, terduganya harus mati sebelum ada pengadilan. 
Diluar kasus terorisme banyak kasus lain yang secara cepat diselesaikan kepolisian. Dari kasus pembunuhan, pencurian, dan kasus - kasus lainnya. 

Tentu dalam kasus Novel Baswedan Polri kita harapkan se-gagah kasus-kasus lainnya yang saya sebutkan diatas. Pikiran sederhana saya adalah Polri bisa melibatkan satuan Densus 88 yang selama ini bekerja sempurna menangani kasus. Apa yang dialami Novel menurut saya juga tindakan teror yang sangat keji. 

Tapi inilah hukum dunia yang tidak bisa saya tuntut sempurna. Keadilan yang saya percaya adalah bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Tapi apakah setiap kasus hukum tertentu yang kita alami di dunia ini kita harus pasrah dengan Tuhan begitu saja?.  Jawabannya KONYOL! 

Selesai..
Photo By:news.detik.com

Comments

Anonymous said…
Tulisanmu apik

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?