LGBT
Akhir akhir ini kita familiar dengan istilah LGBT. Dalam
banyak kesempatan di media cetak maupun elektronik, LGBT menjadi bahan diskusi
yg menarik dan cenderung panas karena menimbulkan efek Pro dan Kontra.
Bagi saya pribadi Lesby, Gay, Biseksual dan Transgender
bukan sebuah cerita yg baru. Di bangku sekolah saya pernah mendengar sebuah
cerita di jaman Nabi Luth, ketika kaum sodom di adzab Allah dikarenakan
perbuatannya tersebut (mencintai sesama jenis). Tentu kita sebagai umat
beragama harus berusaha mencegah kejadian serupa terulang kembali. Mengutip
acara talkshow ILCdi Tv One dua tokoh Agama yang berbeda sudah sepakat berusaha
menekan perkembangan LGBT. Kesepakatan itu didapat karena LGBT diyakini sebagai
penyimpangan perilaku. Artinya dengan pendekatan Agama, perilaku LGBT tidak
bisa diterima ataupaun dibenarkan.
lantas apa solusi terbaik bagi kondisi ini?.
Saya sepakat jika kondisi dewasa ini sangat mrmprihatinkan
ketika kita melihat di beberapa Negara lain melegalkan perilaku LGBT. Bahkan,
di Amerika dan Filiphina sudah memfasilitasi pernikahan sejenis. Naudzubillah
mindzalik.
Dalam akun media Facebook yg saya miliki, saya membaca
banyak yg menghujat kaum LGBT sebagai sesuatu yg menjijikan dan harus dibasmi.
saya menarik kesimpulan seakan-akan banyak orang berlomba untuk menghujat
mereka ketika fenomena ini diangkat media. Sikap kita yg terkesan tiba-tiba
menghakimi LGBT secara brutal saya
takutkan akan menimbuljan efek yg lebih buruk.
Kenapa seperti itu?, berikut penjelasan dan pengalaman
empiris saya.
Ketika saya kuliah di Jogja dan memasuki semester akhir,
saya mendapat kesempatan magang kemudian kerja di perusahann yg bergerak di
dunia kebugaran (Fitness Center) dan Spa. barangkali sudah menjadi rahasia umum
tempat Fitness apalagi yg berlokasi di Hotel adalah salah satu tempat berkumpulnya
LGBT. Diakui atau tidak begitulah kesimpulan saya setelah kurang lebih tiga
tahun bergelut di dunia tersebut. Singkat cerita setelah tiga tahun saya
menjalani profesi saya dan berintetaksi langsung dengan beberapa LGBT khusunya
kaum Homoseksual ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan dari fenomena LGBT.
Berikut hal-hal yang bisa saya simpulkan.
1.
LGBT adalah penyakit.
Tetapi mereka sulit menemukan orang lain yg
membuat mereka sadar bahwa meraka sakit/menyimpang. Bahkan Psikiater pun akan kesulitan
ketika secara personal mereka tidak nyaman.
kenapa?. Hal ini saya temukan ketika saya berusaha
bersikap sama antara teman yg Homo Sexsual (LGBT) ataupun yg normal, artinya
saya sama-sama menghargai dalam berteman. Bahkan ada seorang penderita Homo
Sexsual yg pernah jujur mengatakan bahwa dia sakit dan menyimpang setelah
hampir dua tahun ber-interaksi dengan saya. Tentu dengan sejarah dan cerita yang
tidak pendek. Yang pada intinya ada suatu hal yang membuat mereka rusak secara
mental dan batiniah.
2.
LGBT sangat sensitif dan reaktif.
kenapa?. Hal ini dibuktikan ada beberapa
teman saya yang berprofesi sama ketika itu "kaget" berinteraksi
dengan kaum Homo Sexsual atau LGBT. Sehingga yang muncul adalah sikap tidak
simpatik. Hal ini akan membuat kaum LGBT tersinggung dan marah yang terkadang
bertindak diluar dugaan manusia normal.
3.
Kaum Homo Sexsual atau LGBT lambat laun akan
menyadari bahwa dia sakit dan harus kembali ke keadaan yang seharusnya ketika
ada orang yang sehat yang bisa menghargainya.
kenapa?, terbukti dari interaksi saya secara langsung,
ada beberapa orang LGBT yang secara terbuka menyampaikan seperti itu.
Tiga hal tersebut adalah fakta yg saya temukan secara
langsung.
Jika melihat apa yang saya alami dan sekarang melihat respon
masyarakat di media sosial sekarang ini tentu saya kurang simpatik dengan
hal-hal yg berbau hujatan, bahkan menyamakan mereka dengan binatang. Hal ini
sangat kontradiktif jika kita ingin menghilangkan penyakit LGBT. Yang harus
kita hilangkan adalah penyakitnya bukan orangnya. Mera itu adalah manusia biasa
yang sama dengan kita yang butuh kepedulian antar sesame. Sebaik apapun diri
kita, bisakah kita hidup sendirian?. Tentu tidak.
Tetapi ingat, dalam beberapa pendekatan ilmu Psikologi LGBT
adalah penyakit yang bisa menular. Jadi jangan sembarangan be- intetaksi dengan
mereka. Pastikan punya tameng yang kuat. Tameng terbaik adalah aqidah dan niat
yang kuat dalam bertindak. Jika kita tidak bisa membantu mereka, alangkah
baiknya kita tidak ikut-ikutan menghujat dan menghakimi.
Tulisan ini dan pengalaman saya tidak bertujuan untuk
menggiring pembaca kenal apalagi berinteraksi dengan LGBT. Tetapi mengajak kita
untuk menggunakan pendekatan saling menghargai dalam memberantas penyakit
masyarakat termasuk LGBT.
kenapa korupsi sulit di basmi?, jangan-jangan kita
dikeluarga hanya di ajarkan hidup utk kaya.
kenapa anak remaja kita mudah tersulut emosi?? jangan-jangan
kita sebagai orangtua terlalu kasar pada anak.
kenapa banyak orang miskin dan kelaparan?? jangan jangan
kita sebagai manusia terlalu egois dan hedonis.
Dan kenapa LGBT bisa marak di akhir zaman ini? jangan jangan
mereka semakin menjauh dari jalan yg benar karena membaca postingan hujatan
kita terhadap mereka, yg membuat mereka semakin tidak mau kembali ke jalan yang
benar?. Silahkan jawab sendiri.
Wallahu
A'lam Bishawab….
Comments