Memang Begitulah Sepak Bola Kita

Menarik apa yang disampaikan @MuhammadonaSetiawan pada Pos Pembaca Solopos edisi Senin, 24 Agustus 2015. Disitu disampaikan pengalaman @MuhammadonaSetiawan dalam menonton pertandingan Sepak Bola. Kebetulan tempat yang disinggung adalah Kota saya juga Kota Solo. Dalam artikel tersebut diceritakan pengalamannya menonton pertandingan Sepak Bola di Stadion Manahan Solo pada Tahun 2003 lalu dan Pertandingan Persis Solo melawan Persinga Ngawi pada lanjutan Turnamen Piala Kemerdekaan 2015. @MuhammadonaSetiawan menyoroti sikap suporter Persis Solo (Pasoepati) yang belum dewasa dalam menerima hasil pertandingan. Dalam hal ini saya sebagai salah satu pendukung Persis Solo dan penikmat pertandingan Sepak Bola tertarik untuk mengomentari artikel tersebut.

Yang pertama yang ingin saya sampaikan adalah @MuhammadonaSetiawan merupakan salah satu supporter dewasa yang pantas dicontoh oleh anggota suporter lainnya, khususnya Pasoepati yang merupakan salah satu suporter paling fanatik di Negeri ini. Saya sepakat apa yang disampaikan dalam rubrik Pos Pembaca Solopos tersebut, dimana @MuhammadonaSetiawan mengajak kita para suporter untuk bisa menerima apapun hasil pertandingan dan menjadi suporter yang dewasa dan santun.

Yang kedua, saya juga sepakat bahwa Sepak Bola kita saat ini sedang Kronis. Sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan. Jangankan berharap prestasi, menonton pun untuk menikmati pertandingan nyawa kita terancam dengan aksi anarkis para oknum suporter yang jumlahnya tidak sedikit. Bahkan legenda hidup Sepak Bola Indonesia Bambang Pamungkas menulis dalam blognya,”Sepak bola Indonesia sedang sakit, saya pikir kita semua setuju. Hanya orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari sakit-nya sepak bola Indonesia yang berkata jika sepak bola Indonesia baik-baik saja

Kita semua telah ketahui saat ini dua lembaga besar yang bertanggung jawab atas nasib Persepak Bolaan kita tengah bertikai. Sebuah pertikaian yang membuat kita kehilangan sebuah hiburan sekaligus penghasilan bagi para pelaku Sepak Bola. Akan tetapi dibalik pertikaian antara Menpora dan PSSI tersebut semoga bisa menjadi obat mujarab bagi keresahan @MuhammadonaSetiawan. Sehingga kelak bisa menonton pertandingan dengan suasana yang nyaman, tertib dan santun. Tentu tidak ada korelasi langsung antara masalah yang diperdebatkan Menpora-PSSI dengan keresahan @MuhammadonaSetiawan yang merindukan sikap supporter kita yang lebih dewasa dan santun. Akan tetapi kita akan menunggu sikap Menpora dan PSSI dalam menyelesaikan masalah tersebut. Apakah dua lembaga besar tersebut bisa memberi kita contoh sebagai anak bangsa yang dewasa dan santun dalam mencintai Sepak Bola Indonesia. Tentu kita masih menunggu entah sampai kapan masalah ini bisa selesai.  Kalau nantinya dua lembaga besar tersebut tidak bisa memberi kita contoh yang santun dan dewasa dalam menyelesaikan masalah jangan harap keluh kesah itu akan berakhir.

Dalam hal ini saya tidak ingin berada dalam posisi mendukung PSSI atau Menpora. Saya tidak ingin menambah masalah dengan mengomentari salah satu pihak yang sudah banyak dikomentari. Bahkan orang yang tidak paham sepak bola pun ikut berkomentar. Saya hanya salah satu orang yang mencintai sepak bola. Mengajak oranglain (para suporter) untuk menjadi lebih dewasa dan santun boleh-boleh saja, tetapi itu mustahil. Mengingat besarnya jumlah masyarakat kita yang mencintai sepak bola dan kultur sepak bola kita yang tengah sakit kronis. Semoga saja Menpora dan PSSI menemukan obatnya. 

Semoga…

Comments

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?