Sejenak Ber-Nostalgia Masa-masa SMA (Aliyah)
Jenjang
pendidikan yang pernah saya lalui selama 3 Tahun ketika menimba ilmu di MA
Al-Islam Jamsaren Surakarta mungkin akan sulit terlupakan. Tempat yang begitu
mungil jika dibandingakan dengan sekolah Negeri jenjang SMA lainnya ini memberi
banyak dampak dalam kepribadian saya dan juga banyak kenangan.
Bermula di Tahun
2004 saya menjadi salah satu siswa baru disana (Maliska saya menyebutnya) dari
jumlah siswa baru ketika itu 24 siswa (seingat saya). Jumlah yang relatif sedikit
dibanding dengan SMA Negeri di Solo pada umumnya. Dari sekian siswa baru
terdapat beberapa kawan lama ketika SMP. Seperti Imron, Arif, Chusnul, dan
Santi (Siapa lagi ya..).
Kesan pertama
berada di Sekolah baru terasa aneh karena penampilan fisik Maliska ketika itu
memang terpencil di sebelah barat Pondok Jamsaren. Kapasitas sekolah ini memang
tidak banyak mengingat kondisi gedung sekolahan. Tetapi setahun setelahnya, Sekolah
ini mengalami banyak perubahan yang lebih baik.
Memang sebelumnya
sekolah ini dalam masa kritis, hal ini diperjelas dengan pernyataan Kepala
Madrasah pada saat itu Bp Mufti Addin, bahwa sekolah ini diberi kesempatan oleh
yayasan selama 2 Tahun untuk meningkatkan Kuantitas dan Kualitas. Jika tidak
Madrasah ini akan di merger(Gabung) dengan sekolah lain di Yayasan Al-Islam.
Dengan kondisi
seperti ini, kontras dengan yang saya rasakan. Saya sebagai siswa ketika itu
begitu nyaman dengan lingkungan di Maliska dari siswa sampai guru dan karyawan.
Guru pertama yang saya kenal ketika itu adalah Ibu Umi Kulsum. Pertama kenal
karena beliau yang menyambut kehadiran saya ketika mendaftar sebagai Siswa
Baru. Dan teman baru pertama yang saya kenal adalah Hari Surasman. Ketika itu
saya duduk disebelah selatan Masjid Jamsaren dan menyapanya dengan,”Mas kelas
berapa?”, karena saya kira lebih senior dari saya. Tapi ternyata juga sama
Siswa baru di Maliska. Hehehe…
Kembali ke
kondisi Maliska. Setelah satu tahun berjalan Sekolahan ini lebih berkembang dan
menerima Siswa baru yang jauh lebih banyak dari sebelum angkatan saya. Gedung
sekolah inipun mulai ikut berbenah, hingga sekarang kawasan Pondok Jamsaren dan
Maliska tampak jauh lebih bagus. Alasan kenapa Maliska bisa berubah lebih baik
dalam waktu relatif singkat ini, pembaca bisa baca analisa singkat saya
ditulisan saya berjudul “MA Al-Islam ditinggalkan Pemimpinan Berkualitas”.
Dalam tulisan tersebut saya beropini salah satu faktor yang membuat Maliska
berkembang lebih bagus.
Pergaulan di
Sekolah pun saya sangat nyaman dengan teman-teman yang ada. Seiring berjalannya
waktu dari sekian teman-teman terdapat beberapa yang menjadi teman
akrab/sahabat bahkan hingga sekarang komunikasi kita masih terus tersambung. Diantaranya
tentu dari teman-teman seangkatan saya. Seperti Doni, Iqbal dan Fiatin yang
sekarang jadi suami istri, Fitri, Rohmah, Imron, Alfian dan masih banyak lagi.
Mereka semua teman seperjuangan yang selalu menyenangkan. Hehehe….
Berbicara
masalah sahabat di Maliska yang sampai sekarang masih intim adalah Sabani. Mungkin
dia tahu 90% cerita saya di Maliska. Dia adik kelas yang berhasil membawa
persepakbolaan Maliska menjadi Joss!
Hehe.. setidaknya pada masa itu kami tidak terkalahkan kalau Cuma dibanding
dengan SMA Al-Islam. Kala itu tandem saya di lini tengah (Rohmat Sabani)dan
duet maut Center Back Doni dan Imron
memang menjadi masa kejayaan sepak Bola Maliska. Sayang sekarang kami sudah di
jalan masing-masing dan tidak bermain Bola lagi. Terkecuali Sabani yang
sekarang jadi atlit professional. Untuk saat ini memang tidak terlalu terdengar
Sepak Bola Maliska, atau barangkali dengan talenta yang berbeda yang dimiliki
siswanya sekarang. Berbicara mengenai talenta Siswa Maliska, teringat salah
satu prestasi teman saya yang sangat menonjol. Ketika itu ada salah satu siswi
Maliska yang memperoleh nilai sempurna Mapel Matematika dalam Ujian Akhir
Nasional. Orang tersebut adalah Mbak Fiathin. Dan prestasi tersebuat sampai
saat ini belum ada yang menyamai. Luar Biasa!
Saya merasakan
apa yang dimiliki Maliska ketika itu, sudah lebih dari cukup untuk bersaing
dengan Aliyah lainnya. Bahkan bersaing dengan SMA Negeri sekalipun. Hanya saja
di Maliska sering terjadi kerikil-kerikil kecil yang menyandung kemajuan
Maliska. Kerikil tersebut diantaranya, sebagian Guru Maliska masih “terpenjara”
oleh keegoisan paham dan kepentingan pribadi. Kenapa saya bilang seperti itu?.
Karena ketika menjadi Siswa saya merasakan ada gap antara satu guru dengan guru lainnya. Gap tersebut bisa berupa faham keagamaan atau masalah jam belajar,
atau masalah penanganan dan kegiatan Sekolah. Kondisi ini tentu saja
memperparah kondisi, karena dari sisi anggaran Maliska juga sangat minim.
Sehingga dalam menjalankan setiap kegiatan harus benar-benar mempertimbangkan efisiensi
budget.
Tetapi, diantara
para pengajar di Maliska. Terdapat beberapa sosok yang patut diapresiasi karena
kegigihannya dalam mendidik Siswa-Siswinya. Diantaranya adalah Bp Mufti Addin.
Beliau adalah kepala Madrasah yang menurut saya punya peran vital dalam mengayomi seluruh elemen
Maliska sehingga dalam waktu dua Tahun Maliska tidak jadi di Merger yayasan. Bahkan jumlah Siswa-Siswinya
semakain bertambah. Kemudian Bp Joko Mulyono. Beliau merupakan Guru mapel
Matematika. Pada awalnya saya begitu ketakutan dengan beliau karena pembawaanya
yang ceplas-ceplos. Seiring berjalannya waktu saya sangat nyaman dengan beliau,
karena beliau satu-satunya Guru yang bisa melakukan pendekatan kepada Siswa
dengan cara “anak muda”. Seakan bisa masuk sebagai teman dan sahabat. Banyak
hal telah saya share ke beliau. Dan
sampai sekarang beliau adalah Guru yang paling sering saya kunjungi. Beliau juga
lah yang mengapresiasi nilai UAN Matematika saya. Padahal nilai saya hanya
4,00.
Mereka berdualah
yang membuat saya berpikir suatu saat bisa menjadi pengajar.
DAN YANG
MENGESANKAN, akhirnya kesempatan itu datang juga. Ketika saya dipanggil dan
ditawari satu tempat menjadi Guru Mapel Olah Raga. Mapel yang paling saya
sukai. Hehehe…
Tetapi seketika
itu juga ada kegundahan hati mengenai
penawaran itu yang terlalu panjang jika saya uraikan alasannya disini.
Hingga akhirnya kesimpulannya adalah saya belum ditakdirkan menjadi tenaga
pengajar di Almamater saya. Dan akhirnya digantikan Sahabat saya Rohmat Sabani.
Meskipun akhirnya Sabani tidak lama mengajar dan sekarang digantikan orang luar
(bukan Alumni).
Pengalaman lain
yang mengesankan adalah saat saya menghabiskan masa awal puber saya di Maliska. Dimana pada masa itu remaja sudah mulai muncul
ketertarikan dengan lawan jenis. Sekolah kami memang merupakan lembaga
pendidikan Islam yang sangat keras
melarang segala macam bentuk PACARAN! Tetapi memang tidak ada satupun yang bisa
menahan rasa sayang atau cinta tumbuh dalam hati seseorang. Termasuk saya dan
Siswa-Siswi MA Al-Islam ketika itu yang
masih berada dalam bangku SMA. Virus merah
jambu ini memang bahaya bagi remaja karena bisa merusak cita-cita ke depan
yang jauh lebih penting. Sudah banyak contoh, khususnya akhir-akhir ini
kelakuan para remaja yang sangat memprihatinkan. Beruntung bagi saya besar
didalam keluarga dan pendidikan yang mementingkan Agama. Setidaknya meskipun saya terjangkit
virus merah jambu, tidak sampai
melakukan hal yang bisa merusak hidup saya. Selama sekolah di Maliska memang
ada beberapa teman lawan jenis yang dekat secara personal dengan saya. Bahkan
hubungan berlanjut setelah kami lulus dari bangku SMA. Dan bahkan ada yang
hampir menjadi Istri. Cuma hampir lho,
Hehehe… ceritanya cukup disini karena pada akhirnya Istri saya adalah
teman lama saya di Bangku Taman Kanak-Kanak (TK).
Inilah beberapa
cerita singkat saya ketika berseragam Hijau-hijau ala MA Al-Islam Jamsaren.
Sebuah almamater yang begitu saya banggakan karena pernah menimba ilmu disana.
Sebuah kenangan yang meng-kristal menjadi semangat untuk memberi sesuatu agar
Maliska menjadi lebih baik. Tulisan ini memang belum memberikan kontribusi
secara riil bagi kemajuan Maliska. Tetapi
dengan membuka kenangan indah semasa bersekolah di Maliska, kita akan menemukan
kenapa kita harus peduli. Mungkin sekarang belum, tapi besok saya akan kembali.
Entah fisik saya atau pikiran saya (saran / kritik) atau bahkan hanya doa saya
yang akan datang.
Hanya Allah yang tahu..
Selesai.
Comments
mengingatkan sy akan masa-masa konyol bin gayeng.
unforgettable lah :D
mengingatkan sy akan masa-masa konyol bin gayeng.
unforgettable lah :D
seakan kembali ke masa2 konyol bin gayeng :D