Budaya buka bersama dan flexing di Bulan Ramadhan

 Bulan Ramadhan sangat lekat sekali dengan kegiatan buka bersama. Tidak hanya sekedar membatalkan puasa atau makan secara bersamaan, namun buka bersama sekaligus dinantikan untuk bertemu dengan saudara ataupun teman yang biasanya sudah lama tidak berjumpa. Bisa jadi trah keluarga, rekan sekolah ataupun komunitas tertentu sebagai ajang reuni dan nostalgia.

Memang kegiatan ini begitu menyenangkan dan selalu kita tunggu tiap kali bulan puasa tiba. Saking senengnya, kadang kegiatan buka puasa bablas ke acara lainnya yang justru terkadang melalaikan dari kewajiban lainnya di bulan puasa. Misal sholat isya dan tarawih secara berjamaah.

Memang banyak sekali gimmick-gimmick buka bersama yang membuat kita sangat menantikannya. 

Tapi ternyata ada juga hal-hal yang membuat kita risih dengan kegiatan buka bersama. Kegiatan buka bersama yang semestinya sebagai bentuk ibadah dan menjalin silaturahmi terkadang harus dihiasi dengan hal-hal yang berbau flexing ataupun pamer sesuatu.

Banyak hal yang mungkin bisa ditunjukkan kepada saudara ataupun teman yang sudah lama tidak bertemu. Entah untuk sesuatu yang bersifat pencapaian. Entah itu jabatan pekerjaan saat ini, ataupun status sosialnya dengan memperlihatkan mobil baru, perhiasan, outfit yang branded dan lainnya. Ataupun flexing yang dibungkus dengan pertanyaan yang kadang tidak nyaman bagi yang menerima pertanyaan.

Ya, memang kadang seperti itulah pemandangan tiap kali buka bersama atau bahkan suasananya juga mirip dengan kegiatan halal bihalal. Karena memang terkadang pengakuan sosial bagi beberapa orang itu sesuatu yang penting sebagai bentuk untuk menghargai dirinya sendiri ataupun motivasi lainnya yang belum saya ketahui.

Apalagi akhir-akhir ini melalui media sosial kita disuguhkan tontonan para selebgram pamer kesuksesan mereka dengan berbagai bisnis instan yang konon katanya bisa menghasilkan milyaran rupiah dalam waktu yang relatif singkat. Bisa jadi hal ini menjadi pemantik kehidupan hedon kita. Gimana caranya dalam waktu singkat bisa menjadi kaya raya dan kemudahan menunjukkan pencapaian tersebut sebagai sebuah kebanggaan. Bagi saya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan menjadi kaya dan mapan. Bahkan menurut saya itu sebuah keharusan. Yang perlu menjadi catatan apakah pencapaian kita saat itu bisa bermanfaat untuk orang lain atau tidak. Seandainya  kita merasa tidak perlu bermanfaat untuk orang lain, sudah seyogyanya kita tidak perlu pamer atau flexing. Karena hal tersebut dapat mengurangi kebaikan ibadah yang sedang kita jalani yakni ibadah puasa.

Semangat buka bersama muncul dikarenakan semangat silaturahmi di Bulan Ramadhan yang mana Allah SWT memberikan banyak sekali keistimewaan dalam setiap kebaikan yang kita lakukan termasuk upaya untuk merawat persaudaraan atau pertemanan melalui kegiatan buka bersama.

Dan seandainya kita menemui orang yang bersikap seperti itu dengan pamer sesuatu, ya biarkan saja. Kita masih bisa ambil dari sisi positifnya. Bisa kita jadikan motivasi pribadi untuk menjadi lebih baik. Kita tidak perlu bersikap buruk terhadap sesuatu yang buruk. Apapun itu.

Kesimpulannya buka bersama adalah kebiasaan baik di Bulan Ramadhan ini dan sudah semestinya menjadi bagian dari ibadah puasa kita. Kita tahan diri dari sesuatu yang berbau pamer atau riya'. Pun demikian melalui fenomena buka bersama ini kita belajar saling menghargai dan memahami. Karena orang pamer ataupun flexing barangkali hanya butuh sebuah pengakuan. Cukup kita akui dan kasih sedikit pujian "hebat". Barangkali memang itu yang dibutuhkan.

Selesai.

Sumber: Google


Comments

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?