Kenangan dari Gunung Merbabu
Kurang lebih sebulan yang lalu saya mendapat pengalaman pertama
mendaki gunung. Kegiatan yang belum pernah saya lakukan ini ternyata cukup
mengesankan untuk dikenang. Selain keelokan pemandangan khas pegunungan yang
tentu menyegarkan, kegiatan mendaki ternyata juga bisa membuat kita belajar
lebih mencintai dan menjaga alam.
Sebelumnya saya tidak ada niatan untuk mendaki gunung. Hal
ini dikarenakan berawal dari Istri yang bercerita soal temannya yang menjual
kaos untuk kegiatan sosial pendidikan. Konon ceritanya kegiatan tersebut
dikombinasikan dengan mendaki ke puncak Merbabu. Singkat cerita Istri saya
menawarkan untuk berangkat sendiri mengikuti kegiatan tersebut. Sebenarnya niat
Istri hanya menawarkan apakah saya berani atau tidak mendaki gunung bersama
komunitas baru yang belum saya kenali orang- orangnya. Akhirnya saya iyakan
tawaran yang sedikit berbau tantangan tersebut. Meskipun pada awalnya saya
ragu. Keraguan saya dikarenakan tidak memiliki peralatan pendakian, dan apabila
beli harganya cukup mahal. Akhirnya Istri saya berusaha meyakinkan bahwa peralatan
mendaki tidak harus beli. Akhirnya peralatan yang saya bawa adalah hasil usaha
Istri yang pinjam dan sewa, dan saya pun berangkat untuk mengikuti kegiatan
yang bernama Hiking For Charity.
Sebelum pendakian dimulai, kami berkumpul di SD Gebyok di
daerah Selo Boyolali untuk menyerahkan bantuan berupa Buku bacaan yang telah
kami kumpulkan dari para peserta Hiking
For Charity. Kami juga sempat masuk ke kelas untuk berinteraksi dengan
siswa siswi. Kami mencoba menanamkam pesan pesan moral untuk menjaga dan
mencintai lingkungan. kurang lebih 40 menit kami berinteraksi dengan para murid,
pertemuan kami di SD Gebyok diakhiri dengan menempelkan kertas yang bertuliskan
cita-cita para murid di pohon impian dan berfoto bersama.
Selepas dari SD Gebyok lantas kami satu tim yang berjumlah
belasan orang menuju basecamp Gunung
Merbabu. Sesaat kita istirahat dan memastikan semua barang tidak ada yang
tertinggal. Dan pada pukul 14.00 WIB kami memulai pendakian.
Sebagai pemula saya cukup was was apakah saya bisa mengimbangi teman-teman yang lain yang lebih
berpengalaman. Meskipun saya rutin olahraga, beberepa ratus meter pertama nafas
saya cukup ngos ngosan dan kaki
terasa sangat berat. Saya hanya berusaha mengatur nafas dan mengatur tempo
langkah kaki. Hingga akhirnya setelah sekitar satu jam berjalan saya tidak
merasa terlalu berat. Selebihnya saya bisa menikmati perjalanan pendakian
pertama saya. Perjalanan yang cukup menyenangkan dan menantang ditambah cuaca
mendung dan hujan.
Sekitar pukul 18.30 kami sampai di pos 3 dan rekan-rekan
memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat sejenak. Setelah kami selesai mendirikan tenda dan
makan malam, tim memutuskan untuk melanjutkan pendakian ke puncak pada jam
03.00 pagi. Akhirnya saya sama teman-teman bermalam sejenak di pos 3. sebuah
pengalaman bermalam di gunung yang tidak sedingin yang saya bayangkan.
Jam 02.00 pagi kami bangun untuk makan dan menyiapkan barang
bawaan seperlunya untuk dibawa ke puncak. Sesuai rencana jam 03.00 pagi kami
melanjutkan perjalanan. kali ini saya merasa sangat kedinginan. Awal perjalanan
saya sangat kaget dengan medan yg kami lalui. seperti perjalanan di awal tadi,
saya hanya merasa berat di awal perjalanan. Kami berhasil melewati Pos Sabana 1
dan tepat waktu subuh kami sampai di Pos Sabana 2 dan kami sempatkan solat
berjamaah bersama. Lagi lagi sebuah pengalaman pertama yang mengesankan solat
beratapkan langit, beralaskan jaket serta menghadap awan.
perjalanan kami lanjutkan. jujur saya merasa pengalaman
menuju puncak merbabu salah satu pengalaman paling melelahkan dan menguras
energi. Perjalanan menuju puncak saya sengaja mencoba melepas jaket yang saya
kenakan untuk merasakan sesasi pagi hari di Puncak Gunung. Meskipun awalnya terasa
sangat dingin hingga tangan saya terasa kaku. Pada akhirnya saya dapat menyatu
dengan hawa dingin pegunungan yang sangat sejuk.
Akhirny sekitar jam 06.00 pagi saya mencapai puncak Merbabu.
Ternyata ada dua puncak. Yang pertama saya ke puncak yang sebelah kanan. Sampai
puncak seketika rasa capek dan lelah hilang berubah menjadi rasa syukur dan
takjub atas indahnya ciptaan Allah SWT. Saya sempatkan mencium tanah puncak
merbabu dan sholat dua rakaat. Subhanallah, rasanya sangat terharu. Ternyata
seperti ini rasanya mencapai puncak Gunung. Ternyata saya sebagai manusia amat
sangat kecil dibanding ciptaan Allah tersebut. Allah lah yang Maha Kuasa, Maha
Besar atas segala ciptaanNya. Rasa itulah yang membuat saya terharu mencapai
puncak Merbabu. Saking terharunya saya sampai lupa dengan kegiatan poto-poto
dan keberadaan teman lainnya. Ternyata mereka dipuncak satunya. Saya pun
menyusul teman-teman dan menghabiskan sedikit waktu untuk menikmati
pemandangan, istirahat, dan tentu saja foto foto.
Sekitar 1 jam kami menikmati puncak Merbabu kami turun
menuju basecamp kami di Pos 3. Dan
ternyata untuk turun dari gunung ternyata bukan perkara mudah. Meskipun
demikian memang perjalanan turun lebih singkat waktunya. Sekitar jam 10.00 kami
sampai di pos 3 dan sejenak istirahat untuk makan serta kami berkemas untuk
kembali ke basecamp bawah.
Pada pukul 12.00 kami mulai perjalanan turun. Saya menikmati
perjalanan turun, tapi ada sedikit kendala ketika perut saya
"bernyanyi". Itu artinya saya harus sesegera mungkin turun ke basecamp. Saya percepat langkah. Tapi
akhirnya saya merasa tidak tahan dan akhirnya dengan bantuan salah satu teman saya disarankan untuk BAB di tempat. Sebuah ide yang terdengar konyol bagi saya
untuk BAB di tengah hutan. Akhirnya dengan alasan rasa yang sudah tidak tertahan saya putuskan mencari tempat
paling nyaman untuk BAB. Akhirnya saya menemukannya dan dengan ijin dari dalam
hati, ditambah berdoa akhirnya saya jongkok begitu saja dan melaksanakan apa yang
semestinya saya lakukan. Para pembaca tidak perlu bertanya bagaimana perasaan
saya. Bisa dibayangkan sendiri mules ditengah hutan.
Alhamdulillah Pukul 15.00 akhirnya saya sampai bawah dan
sebera menuju basecamp kami. Sesampainya
di basecamp kami makan dan istirahat.
Dan akhirnya di basecamp pula saya harus
berpisah dengan tim Hiking For Charity.
Sebuah perpisahan yang sederhana dan bermakna dalam bagi
saya. Berkumpul bersama anak anak muda (katanya sih saya yang paling tua) yang
peduli akan pendidikan. Apalagi pendidikan dasar yang merupakan pondasi bagi
seorang anak. Semoga kegiatan ini berlanjut ke sekolah dasar lain dan gunung
yang lain.
*Tapi ingat kawan, berapapun banyak Gunung yang berhasil
kalian daki akan percuma jika kalian tidak berhasil menahlukan pasangan kalian
dan menikahinya.
Selesai.
Comments