Sedikit profil dari Elliyina yang bisa kita contoh...

Sedikit pengalaman tentang kesehatan dan kesakitan ini sengaja saya tulis untuk teman-teman seusia saya khususnya. Semua terinspirasi dari pertanyaan kalian seputar apa yang saya makan, mengapa saya hanya makan itu, mengapa saya tidak makan ini, dan pertanyaan sejenisnya.
Ini beberapa riwayatnya:
  1. Bapak saya meninggal (67 tahun) karena pneumia (radang paru). Penyebabnya adalah hal-hal sepele, seperti seringnya bergaul dengan para perokok pasif dan menghirup asapnya, bersih-bersih di tempat yang berdebu tanpa masker, hingga polusi harian dari asap kendaraan bermotor.
  2. Kakak kandung saya meninggal (26 tahun) di usia sangat muda belia karena penyakit internis, anak ginjal hingga liver terserang cancer. Saat dia hidup dan sehat, kami sering bercanda dan mengatakan bahwa singkong bakar, chitos, chitato, taro, chiki dkk, yang bikin rasanya enak itu bukan karena jajanan/contennya itu sendiri, tapi MSG nya yang kita jilat-jilat sampek bersih saat menempel di jari-jari itu yang bikin sangat enak.
  3. Nenek (dari bapak saya), meninggal karena diabetes saat saya masih SMP kelas 1.
  4. Kakek (dari ibu saya), meninggal karena paru-paru juga, secara beliau perokok berat (selain karena sering, rokok jaman dulu kadar nikotin dan tar nya lebih tinggi).
Yang jelas mereka sekarang ga ada pasti karena takdir juga.

Nah dari pengalaman pendahulu, dipengaruhi dengan berbagai artikel, ditambah berbagai info yang bisa saya dapat dengan mudah melalui para penyuluh kesehatan (dokter, bidan, suster, dkk), tentu saya selaku carier (membawa gen tsb) harus lebih waspada.
1. Yin mengapa kamu ga makan pedas?
Karena selain saya ga doyan (factor selera), lidah, mulut, perut saya memang ga tahan. Menurutku makanan rasa pedas membuat saya tidak bisa menikmati apa-apa kecuali bilang hah hah hah, pedes, dan ga jelas apa rasa sebenarnya dari masakan itu.
2.Kamu ga minum es ya?
Saya tetap minum, tapi sangat membatasi diri, karena saya sudah dipesan dokter agar tidak minum es, rawan radang tenggorokan. Berulang kali radang tenggorokan karena penyebab yang sama itu menyakitkan dan menyiksa. Dokter bosan ketemu saya, saya pun bosan ketemu beliau dengan nasihat yang sama.
3. Kamu lagi diet?
Oh.. ga sih, hanya saja saya memang mengurangi sekaligus menghindari gorengan. Gorengan juga menjadi factor utama saya yang berperan penting untuk sakit radang tenggorokan. Selain itu, setahu saya sudah banyak kok orang yang tahu kalau gorengan itu tidak sehat. Junk food. Coba dimasak dengan teknik yang lain. Dari tahu dan tempe goreng saya beralih ke baceman yang tidak terlalu manis
4. Wuish… kamu ga konsumsi gula Yin? Teh hangat? Sirup gimana? Es krim? Jus?
Ups.. siapa yang bilang? Saya tetap konsumsi gula. Kalau ga, saya lemas donk. Hanya saja saya mulai tidak konsumsi gula secara langsung. Misal, saya mengurangi dan menghindari teh manis (hangat/es), apalagi sirup. Tapi gula bisa saya dapat dari kandungan susu yang saya minum hampir tiap pagi serta nasi yang tiap hari saya konsumsi (selain karbohidrat kan sudah ada amilum yang tinggi. Oh ya, jus, saya sering beli, tapi selalu pesan gula nya setengah porsi saja. Buah-buahan kandungan manis dan amilumnya sudah banyak, dan sudah cukup untuk asupan gizi tubuh saya.
Tentang gula, sudah baca kan riwayat saya, selain itu sepertinya saya alergi manis, tiap kali konsumsi over manis, kulit saya gatal dan lecet.
Oh es krim, semenjak suami kasih tahu kalo es krim kandungan manis nya tinggi ya saya kurangi juga.
5. Katanya kamu suka coklat? Nah lho….
Iya sih, saya emang dulu SMP, aliyah, kuliah saya gila coklat. Dari yang abal-abal (jago, chololatos pasta, choki-choki), permen coklat, sampek yang mahal saya pun meliriknya dan doyan. Tapi sekarang saya harus kurangi. Saya hanya konsumsi jika sedang over bad mood saja.
6. Lha pilihan makananmu terbatas sekali? Apa-apa pilih-pilih?
Siapa bilang? Saya termasuk omnivore alias pemakan segala. Hanya saya sangat mengurangi dan menghindari yang jelas-jelas menjadi pantangan saya semenjak saya tahu kalau saya berpantang pada makanan tertentu. Saya konsumsi air putih sesuai aturan, Alhamdulillah saya bisa olahraga secara teratur. Jika ada waktu-waktu tertentu saya harus konsumsi sejenis roti gandum, oatmeal, supplement kesehatan, saya enjoy aja tuh. Ga ada yang berat.
7. Karena riwayat di atas juga, tentu saya mencari suami yang bukan perokok dan juga sama-sama tidak suka asap rokok, Alhamdulillah Allah mengabulkan. Meski saya jelas-jelas tidak suka asap rokok, saya berusaha toleran dengan para perokok,hehe… Bisa jadi mereka belum mengalami makna kehilangan seperti yang sudah saya rasakan, atau bisa jadi tingkat sadar sehat mereka ‘masih di bawah garis kemiskinan’, wkwkwk…

Yang perlu menjadi catatan teman-teman seusia saya, jangan merasa sok sehat. Jangan check up sebelum kamu merasakan sakit. Indikator awal sebelum diagnosis menurut ku lebih aman dibanding kalian harus dapat diagnosis lalu berarah pada sebuah vonis. Ditambah lagi, saya merasa hidup saya (khususnya pola makan) nyaman-nyaman saja meski mungkin teman-teman seusia saya saat baca no. 1-7 merasa banyak hal yang terbatas. Pola makan itu kita sendiri yang bisa control.

Saya tidak merasa berat menjalani semua itu. Lebih baik saya menjaga dari sekarang demi bisa menemani tumbuh kembang anak cucu di masa depan, dibanding kelak kita yang ditemani di RS oleh anak cucu.he he he…

Semoga tulisan ini memberi sedikit pencerahan dan pencerahan bagi teman- teman dan saudara-saudara saya yang sering bertanya dan merasa aneh saat makan bersama di kantin atau anywhere.

By: Elliyina Wicaksono
https://scontent-b-hkg.xx.fbcdn.net/hphotos-xap1/t1.0-9/1959898_841417912550494_1101594155_n.jpg

Comments

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?