Seandainya saja para perokok menjadi perokok yang ber-budiman



Suka tidak suka rokok adalah sesuatu yang tak bisa lepas dari kehidupan kita saat ini. Dimanapun kita berada di negeri ini kita akan menjumpai barang satu ini dipegang dan dihisap oleh orang di sekeliling kita entah muda ataupun tua, entah laki-laki ataupun perempuan, entah orang miskin ataupun kaya.

Rokok/merokok sangat tidak berguna bagi saya dan semua orang yang TIDAK merokok. Dan tentu saja rokok ini begitu sangat penting bagi para perokok. Hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Hanya saja saya dan orang-orang lainnya terkadang “kehilangan” kenyamanan atau hak untuk sehat karena berada disekeliling orang-orang perokok.

Bagi saya barang satu ini menjadi fenomena tersendiri di Negara kita. Disatu sisi rokok menjadi komoditas yang sangat besar bagi pendapatan Negara melalui pajak sekaligus menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Disisi lain Negara kita sulit mengurangdi dampak negatif rokok di masyarakat, padahal Negara ini sadar rokok berbahaya bagi kesehatan. Hal ini terlihat dari berbagai aturan tentang rokok di Negeri ini sulit terealisasi dengan baik, bahkan bisa saya katakana Negara kita gagal melindungi masyarakat yang tidak merokok dari bahaya asap rokok.

Pengalaman saya ketika bertanya alasan untuk merokok, hampir semua menjawab awal mula merokok hanyalah iseng ataupun meniru orang lain yang sudah merokok. Alasan tersebut akan berubah ketika jauh hari setelah mereka terus merokok, para perokok menyadari bahwa mereka merokok dikarenakan kecanduan dengan zat addictif yang terkandung dalam rokok. Sehingga akhirnya melakukan pembenaran dengan beralasan sebagai obat stress, memperlancar bisnis, mencairkan suasana, penambah semangat dan sebagainya.

Saya tidak merokok, saya juga tidak pernah membenci seseorang karena merokok. Hanya saja saya sering kecewa dengan sikap perokok ketika mereka sama sekali tidak peduli dengan efek asap yang ditimbulkan dilingkungan dimana ia berada. Setidaknya dari pengalaman saya pribadi sangat sedikit atau hampir tidak pernah saya jumpai perokok yang peduli dengan lingkungannya. Pengalaman seperti ini saya jumpai di tempat-tempat umum seperti didalam angkutan massal, seperti Bus atau kereta, para perokok tidak peduli dengan larangan merokok atau penumpang lainnya yang tidak merokok atau bahkan ada manula atau ada ibu hamil dan anak balita. Bahkan dengan kebersihan pun mereka tidak peduli dengan membuang puntung rokok sembarangan.

Sebenarnya saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkan dengan asap rokok. Jika saya merasa terganggu atau merasa berlebihan dengan asap rokok biasanya saya hanya meninggalkan forum/lingkungan tersebut tanpa harus menyinggung perasaan orang lain yang sedang merokok. Kondisi seperti ini akan terasa lebih indah apabila para perokok menyadari bahwa kebiasaan mereka tersebut merugikan orang lain dan bertindak serupa sebelum mereka merokok.

Seandainya saja para perokok mempertimbangkan tempat dimana ia berada sebelum membakar rokoknya. Cukup menghindari manula, ibu hamil, anak-anak balita, dan orang lain yang tidak merokok serta membuang puntung rokok di tempat sampah. ITULAH YANG SAYA SEBUT DENGAN PEROKOK YANG BER-BUDIMAN. 

Sikap seperti itu yang menurut saya akan mengurangi polemik tentang rokok ditengah masyarakat kita dan mengurangi orang yang benci dengan perokok. Para perokok dan bukan perokok akan mendapatkan hak masing-masing dan bergaul dengan saling menghargai satu dengan yang lainnya.

Akankah kita akan menjumpai perokok yang ber-budiman?

Kita nantikan saja…

http://ustadchandra.files.wordpress.com/2012/03/stop_merokok.gif?w=535

Comments

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?