Metamorfosis Kehidupan


Selamat malam  kawan…? gimana kabarnya? Saya harap para pembaca dalam keadaan sehat semua.. amin.
Alhamdulillah malam ini saya masih diberi Allah kenikmatan berupa mood untuk menulis. Seperti biasanya malam  ini saya kebetulan ada inspirasi. Sebenarnya sudah dari kemarin saya dapat inspirasi, tapi baru sekarang ada kesempatan mengungkapkan melalui media dakwah ini.

Kali ini saya terinsprasi untuk menulis judul di atas, sebelum saya menguraikan maksud  tulisan saya kali ini saya ingin terlebih dulu menceritakan sumber inspirasinya sehingga saya ingin menulis judul “Metamorfosis kehidupan”

Pada hari jum’at lalu tanggal 25 Nov 11 saya dapat kabar duka bahwa salah satu guru saya waktu SMA Bp. Azril Bugis meninggal dunia. Pada saat itu saya segera memutuskan untuk segera pulang solo untuk ta’ziyah guru saya tersebut. Secara pribadi saya memang punya kesan tersendiri dengan almarhum Pak Azril. Selama saya mengenal beliau, beliau punya panggilan tersendiri untuk saya. Selama 2 tahun saya diajar beliau saya dipanggil dengan nama “wahyu”. Saya tidak tahu tepatnya kenapa beliau bisa manggil saya seperti itu, dan saya pun nyaman dipanggil beliau dengan nama baru itu. Ada satu moment yang masih saya ingat sekarang dari ketokohan seorang Bp. Azril Bugis, yakni ketika saya kelas XI atau XII (tepatnya saya lupa), pada saat itu menjelang pelajaran biologi beliau tidak langsung memulai pelajaran, tetapi terlebih dahulu mengajak saya dan teman-teman diskusi membahas sekolah kami yang pada saat itu memang  sedang  berkembang khususnya masalah renovasi sekolah kami. Pada saat itu kebetulan sekolahan kami sedang direnovasi tepatnya bagian muka gedung sekolah. Di tengah-tengah pembicaraan kami saya bertanya dengan beliau kira-kira seperti ini,”Pak, sebenarnya gedung sekolah ini hak kepemilikannya dimiliki siapa? Kalau  milik yayasan Al-Islam sendiri sebenarnya saya pengen usul pak?”. Kemudian kurang lebih beliau menjawab seperti ini,”saya kurang tahu pasti soal kepemilikannya, kamu mau usul apa wahyu?”, kemudian saya jawab,”Pak, lahan utara masjid itu mau dipergunakan untuk apa pak?, saya mau usul bagaimana kalau lahan itu dipergunakan untuk aktifitas olahraga, misalkan lapangan basket. Soalnya saya dan mas Alfian punya rencana supaya Aliyah ini bisa ikut Hexos Cup. Kan juga bisa membawa nama harum Aliyah Pak, jadi saya dan teman-teman bisa berlatih disitu?”, dan beliau pun menjawab,”saya pastinya belum tahu, tapi kemungkinan mau dijadikan lahan parkir. Usul kamu bagus banget wahyu, bagaimana kalau pemikiran kamu itu kamu tulis di kertas terus kalau udah jadi biar saya sampaikan ke Pak Addin”. Kemudian saya mengikuti saran beliau dan saya membuat surat yang berisi tentang pemikiran saya untuk memajukan  MA Al-Islam melalui olah raga. Setelah surat saya jadi saya serahkan ke Pak Azril. Pada saat itu saran dan nasehat beliau yang sampai saat ini masih saya ingat adalah,”wahyu, kamu itu kalau punya gagasan jangan takut disampaikan ke atasan, jangan takut salah karena wajar kalau murid salah nanti tugas guru atau atasan yang membenarkan, besok kamu juga gitu kalau jadi pimpinan jangan marah menerima saran atau kritikan dari murid atau bawahan”.

Demikian tadi salah satu momen yang membuat saya serasa begitu dekat dengan beliau, berkat masukan beliau saya merasa punya tanggung jawab dimanapun saya berada karena disitu saya mempunyai peran untuk kemajuan bersama, termasuk saat saya masih sekolah di MA, saya merasa bahwa setiap siswa memiliki peran dalam memajukan sekolah kami. Karena alasan ini pula dan disertai faktor lain saya bersedia ditunjuk Mbak Fiathin, Mas Iqbal dan pengurus FORSMA lainnya untuk mencoba membangun FORSMA demi kemajuan almamater kami.

Sekarang berkat nasihat beliau tersebut dan semangat saya beserta kawan-kawan berhasil membuat sejarah pertama kalinya tampil di Hexos Cup pada saat itu. Dan sekarang juga saya dengan teman-teman pengurus berjuang membesarkan FORSMA dengan segala kekurangan yang ada.

Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan selamat jalan kepada Bp. Azril Bugis. Meskipun beliau sudah tidak berada di dunia ini  lagi tapi saya mempunyai tekad saran beliau tidak akan pernah mati dalam diri saya selama saya masih berada di dunia ini. Semoga saya suatu saat bisa berjumpa kembali dengan beliau di jannatunna’im. Amin.....

Sehari setelah itu pada hari Sabtu, 26 Nov 11 tepatnya pukul 08.00 saat saya sedang santai di kamar saya di telpon sahabat saya yang sudah seperti adik kandung saya sendiri yaitu mas Sabani. Mas Bani ingin mengajak saya keluar membelikan sesuatu untuk Mbak Yayik kekasihnya yang kebetulan pada hari itu ulang tahun. Dan kami pun keluar mencari jaket yang cocok untuk kekasih Mas Bani, dan tergambar raut wajah yang sangat semangat mas Bani memcarikan kado untuk wanita yang ia cintai itu. Setelah dapat jaket kami pun menuju rumah kekasih Mas Bani, tapi sebelum sampai rumahnya kami mampir membeli buah durian yang katanya sahabat saya tersebut kekasihnya dari kemarin-kemarin ingin buah durian. Pada saat itu yang ada dalam pikiran saya,”horrree pas banget saya lama gag makan buah durian, buah paling aq sukai. Hehe..”. akhirnya kami pun sampai dirumah kekasih Mas Bani tersebut di daerah bekonang, selama berada di rumah kekasih sahabat saya tersebut, sahabat saya terlihat sangat bahagia dan saya ikut senang sahabat saya yang dulu sempat ditinggal kekasihnya sebelumnya sekarang sudah menemukan yang InsaAllah cinta sejatinya yang belum saya rasakan. Memang ada cerita unik saya dengan Mas Bani, ketika Mas Bani dengan kekasihnya dulu pisah karena suatu hal yang sangat tidak substansial menurut saya. Lucunya yang menimpa Mas Bani itu juga menimpa saya dengan masalah yang hampir mirip sama dan waktu juga hanya berselang sehari saya juga ditinggal kekasih saya yang dulu.

Tapi semua itu sudah masa lalu, yang penting saat ini sahabat saya Mas Bani sudah bahagia menemukan cinta sejatinya. Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan “Selamat ulang tahun untuk Mbak Yayik, semoga sehat dan sukses selalu serta menjadi wanita sholihah yang menerangi dunia. Dan langgeng dengan Mas Bani sahabat saya. Amin....”


Pengalaman empiris saya tersebut yang menginspirasi saya untuk menulis. Dua hari saya pulang Solo, dari kegiatan saya tersebut mulai dari Ta’ziah guru saya Bp. Azril bugis, kemudian menemani sahabat saya main ke rumah kekasihnya.

Sebenarnya inti utama serta garis besar tulisan saya kali ini bukan masalah guru saya meninggal dunia atau sahabat saya yang telah memiliki kekasih. LEBIH DARI SEKEDAR ITU, BAHWA SEMUA ITU MERUPAKAN SATU TITIK DARI RIBUAN TITIK YANG MEMBENTUK GARIS KEHIDUPAN KITA.

Dari cerita pertama saya, bahwa semua manusia ciptaan ALLAH SWT akan kembali kepadaNya seperti yang dialami dengan guru saya, dan itulah titik akhir dari kehidupan kita. Kemudian sahabat saya Mas Sabani yang sebelumnya begitu terluka karena pisah dengan kekasihnya, akhirnya sekarang mendapat giliran dari ALLAH SWT untuk berada pada titik yang lebih indah karena sudah bertemu dengan cinta sejatinya. 

BAGAIMANA DENGAN PERJALANAN HIDUP ANDA?

Ya, beninilah kehidupan kalau pertumbuhan secara fisiologis kita harus terlahir dulu sebagai bayi, kemudian belajar berdiri, kemudian berjalan, dan kemudian lari, dan selanjutnya kemampuan biomotor akan tumbuh lebih baik seiring berjalannya usia.
Termasuk perasaan yang sedang kita alami sekarang. APAKAH SEKARANG KITA LAGI SEDIH? ATAUPUN SEKARANG KITA LAGI BERBAHAGIA KARENA SUATU HAL?. Itu hanya sekedar satu titik dimana kita akan melalui titik-titik selanjutnya dalam hidup ini. DAN KEMAMPUAN KITA MENGELOLA DIRI KITA SAAT BERADA DALAM TITIK SEKARANG DAN SELANNJUTNYA ADALAH MODAL MUTLAK MENJADI DIRI KITA YANG TERBAIK.

Lantas untuk apa kita terlalu lama berbahagia jika sekarang kita lagi berbahagia?

Lantas untuk apa kita terlalu bermuram diri jika sekarang kita sedang merasakan kesedihan?

JIKA SEMUA YANG KITA LALUI SEKARANG HANYA SEMENTARA!

Saya kira ini salah satu alasan kenapa Nabi saya melarang saya untuk mencintai dan mebenci sesuatu hal secukupnya dan sewajarnya saja.
Melalui tulisan ini saya mengajak diri saya sendiri dan juga pembaca untuk intropeksi bersama, pantaskah kita mengorbankan seluruh titik kehidupan kita hanya karena satu titik? Tentunya tidak, kita semua pasti ingin finish kehidupan ini dengan kebahagiaan dan kesempurnaan yang kita inginkan. Kita semua pasti akan menemui satu titik bernama kematian yang sudah dialami guru saya tersebut, sebelum itu kita akan melalui METAMORFOSIS KEHIDUPAN KITA MASING-MASING. Seperti cerita saya di atas, sahabat saya yang dulu begitu terpukul dengan perginya kekasih hatinya sekarang sudah mendapatkan cinta sejatinya. Begitupula dengan dengan cerita saya sendiri, wanita yang dulunya begitu sayang dengan saya sekarang saya diberi Allah pelajaran tentang ikhlas dan sabar melihat Mbak R pilih orang lain.

Begitu juga cerita yang teman-teman atau para pembaca alami, KITA AKAN BELAJAR DARI TITIK-TIIK YANG TELAH DAN SEDANG KITA ALAMAI SEKARANG...

Semoga apa yang saya sampaikan ini bermanfaat untuk kita semua. Amin...

SEMUA ORANG MENGINGINKAN TERLEBIH DAHULU MENJADI KEPOMPONG DAN PADA AKHIRNYA MENJADI KUPU-KUPU DARI PADA HARUS BERAKHIR PADA MASA KEPOMPONG...

DAN PADA AKHIRNYA SEMUA TITIK YANG KITA LALUI AKAN MENJADI METAMORFOSIS KEHIDUPAN  KITA...

Comments

Popular posts from this blog

"molimo"

Buka Mata , Buka Telinga

Apa arti nama dalam selembar amplop?